Remaja merupakan masa
transisi usia karena berada antara anak-anak dan dewasa, masa transisi biologis
ditandai dengan organ vital yang semakin berkembang (payudara membesar untuk
anak perempuan), serta masa transisi kognitif
(otak) seperti mulai mengenal jatuh cinta, menyukai hal baru yang
manantang rasa penasaran dan sebagainya.
Remaja merupakan masa
sulit, karena pada usia ini, seseorang mulai mencari siapa jati dirinya dengan
selalu mencoba hal baru sampai mencari-cari perhatian untuk kalangan nya. Yaa
semua itu dilakukan untuk aktualisasi diri.
Demi aktualisasi diri,
mereka rela mengeluarkan uang banyak untuk fashion, dan melengkapi berbagai
gadget yang semakin canggih tanpa dimanfaatkan dengan baik hanya semata mata
untuk bisa dianggap gaul dan gaya. Sampai aksi niru-niru alias imitasi perilaku
atau gaya orang lain pun dilakukan.. nah, mengapa demikian ya…?sebenarnya ini
merupakan social phobia atau gangguan kecemasan sehingga seseorang merasa tidak
percaya diri dan memilih jalan aman dengan ikut ikutan alias kagag punya
prinsip.
Batasan social phobia :
- Ketakutan yang berat dan
persistem terhadap sebuah (atau lebih) situasi sosial atau situasi yang
terkait berhubungan dengan performa, yang membuat individu harus
berhadapan dengan orang-orang yang tidak dikenalinya atau menghadapi
kemungkinan diamati oleh orang lain, takut bahwa dirinya akan dipermalukan
atau dihina.
- Keterpaparan pada situasi
sosial yang takuti hampir selalu membangkitkan kecemasan, kadang-kadang
dalam bentuk serangan panic.
- Kesadaran (pada orang dewasa)
bahwa ketakutan itu berlebih-lebihan dan tidak masuk akal.
- Situasi sosial atau performa
yang ditakuti dihindari atau dijalani dengan anxietas (kecemasan) atau
distress yang intens.
- Perilaku menghindar, antisipasi
yang penuh kecemasan, atau distress itu secara signifikan mengganggu
kehidupan dan kemampuan untuk berfungsi secara sehat.
contoh gangguan kesemasan (sosial phobia) seorang anak minder untuk tampil dihadapan teman-temannya. |
Ciri
khas yang dialami oleh semua gangguan kecemasan adalah
- timbulnya gejala-gejala saraf otonom pada pasien yang mengalami kondisi kecemasan itu. Gejala yang timbul misalnya jantung berdebar, sesak napas, keluar keringat dingin, mual, kesemutan, serta perasaan takut yang tidak jelas.
- Sedangkan ciri spesifik untuk fobia sosial adalah kecemasan bahwa dirinya akan dinilai atau diperhatikan oleh sekitarnya. Ada kalanya juga ini terkait dengan status sosial di lingkungan tempat dia bekerja, misalnya kecemasan jika harus berbicara dengan pimpinan atau orang yang lebih senior daripada pasien.
- Pikiran tidak rasional ini datang tanpa bisa dikendalikan, sehingga membuat orang yang mengalami fobia sosial lebih cenderung menghindari situasi-situasi yang membuatnya mengalami kecemasan seperti itu. Tidak heran biasanya pasien yang mengalami fobia sosial akan takut mennjadi pusat perhatian atau berhadapan dengan orang yang dianggapnya lebih senior.
Social phobia Bisa
disembuhkan :D
1.
Salah satu cara yang
paling dianggap efektif dalam mengatasi kondisi fobia sosial adalah proses
pembiasaan atau habituasi. Proses ini melibatkan kemampuan terapis untuk bisa
memberikan dukungan kepada pasien untuk mampu melewati tahap demi tahap
kecemasan fobianya terkait dengan suatu peristiwa atau kondisi tertentu.
2.
Awalnya pasien akan
diajak oleh terapisnya untuk membayangkan kondisi atau hal-hal yang berkaitan
dengan fobia sosialnya. Pada pasien yang sudah parah fobianya, keadaan
membayangkan kondisi saja bisa sangat begitu menakutkan sehingga membuat
gejala-gejala otonom seperti jantung berdebar, sesak napas dan perasaan tidak
enak di perut timbul.
3.
Pembiasaan ini akan
berlangsung terus menerus tahap demi tahap baik saat bersama terapis ataupun
nantinya dengan upaya pasien sendiri. Setelah dengan proses pembayangan itu
maka langkah selanjutnya bisa dengan membuat pasien berada dalam kondisi
tersebut secara nyata dengan pendampingan. Pendampingan bisa dilakukan oleh
teman atau kerabat yang dipercaya oleh pasien atau dengan terapisnya sendiri
jika memungkinkan. Hal ini untuk menghadapkan pasien pada kondisi nyatanya.
Tentunya perlu tetap waspada akan serangan kecemasan akut yang bisa timbul saat
pasien dihadapkan pada kondisi tersebut.
Pengalaman saya mengamati
anak yang menderita social phobia yaitu Terkait trauma masa lalu.
Ada anak yang mengatakan
pernah dihukum di depan kelas sehingga membuatnya ditertawakan oleh
teman-temannya dan selama beberapa bulan menjadi bulan-bulanan dan bahan
ledekan teman-teman sekelas. Kemudian anak tersebut enggan untuk mengeksplorasi
dirinya didepan umum karena alasan takut berbuat kesalahan yang fatal. Terlihat
bahwa ada hubungan antara kondisi di masa lampau dengan apa yang terjadi pada
pasien saat ini berkaitan dengan kecemasannya berada pada posisi menjadi pusat
perhatian.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar